Kenali apakah anda weaboo atau tidak

Diposting oleh : Unknown | Dirilis : Jumat, Juni 19, 2015 | Series :


Halo semua ,
 kali ini saya akan ngeshare thread tentang weaboo / wapanese (WANT TO BE JAPANNESE / JAPANESE WANNABE) . langsung saja ke topiknya.

 Beberapa jam yang lalu saya iseng iseng searching, di facebook di google , entah apa yang saya cari :v saya hanya nge scroll scroll page di browser saja... dan dimulai dari postingan postingan di facebook yang membangga banggakan dirinya bahwa dia menyukai jepanglah , dia keturunan jepanglah ...dan alhasil di komentar, ada yang berkata "wibu wibu , wibu detected :v:"







MENGENAL WEEABOO
 
   WEEABOO sering disamakan dengan WAPANESE yang berarti “WANT TO BE JAPANESE” atau "JAPANESE WANNABE" atau "orang jepang jadi-jadian", atau “alay jejepangan” (:v).  Weeaboo bisa dianggap otaku versi ekstrim. Seorang Otaku belum tentu adalah Weaaboo, namun Weaaboo biasanya adalah Otaku.

   Weeaboo adalah orang yang senang mempertontonkan dirinya ‘sangat jepang’, melebihi orang jepang asli. Mereka sebetulnya orang yang sangat terobsesi dengan jepang, bertingkah seperti orang jepang dan seolah sedang tinggal di jepang, bersifat seperi orang jepang, berbicara dengan gaya jepang dg segala istilah-istilah ajaib terupdate-nya. Padahal mereka sama sekali bukan orang jepang, bukan warga negara jepang, dan gak tinggal di jepang.

   Inspirasi mereka berasal dari anime atau manga. Bagi mereka anime / manga adalah sumber utama maha kebenaran, ilmu pengetahuan, dan juga bahasa. Dalam benaknya negara jepang adalah semacam ‘holy land’ di planet ini, dan segala hal mengenai jepang adalah yang paling ‘Superultrafantasticmegawesome’.

   Bagi mereka, semua orang harus beranggapan baik mengenai jepang, termasuk mengerti dan memahami jepang baik budaya, tradisi dan kebiasaannya. Mereka akan marah jika kamu berani mencoba menjelek-jelekan jepang.


  

oke sekarang masuk ke ciri cirinya 

BERIKUT ADALAH CIRI CIRI WEABOO YANG KITA BISA JUMPAI DI INDONESIA



(1) Cenderung mengubah namanya (baik nama panggilan maupun nama di situs-situs social networking, forum, dan sebagainya) dengan nama-nama yang bernuansa Jepang (biasanya nama dari tokoh favoritnya), atau kalau perlu lengkap dengan kanji/hiragana/katakananya; pengubahan nama ini pun tidak hanya secara parsial namun secara keseluruhan. Contohnya misalkan nama aslinya sesuai KTP adalah Dwi Ayu Anggraini, biasa dipanggil Ayu, ia terobsesi dengan anime/manga, lalu ia mengubah namanya menjadi Hoshino Hinamori. Kecuali kalau namanya Ayu Hinamori, atau Ayu ‘Hinamori’ Anggraini, setidaknya dia masih mencantumkan nama pemberian orang tuanya. Perubahan nama mereka ini cenderung cukup mengganggu (terutama dalam social networking seperti facebook) karena cenderung menyulitkan orang lain untuk mencarinya kecuali teman-teman satu minat yang sering bersamanya, apalagi jika namanya sering berubah-ubah. Penggunaan partikel -chan, -kun, -san, dan sebagainya masih bisa ditoleransi.
(2) Profile photo, terutama dalam social networking seperti facebook biasanya menggunakan tokoh anime/manga, aktor/aktris Jepang, atau orang Jepang yang lagi cosplay, nyaris tidak ada foto asli. Kalaupun menggunakan foto asli, biasanya diedit biar terasa nuansa Jepangnya misalnya dihias dengan tulisan Jepang atau bagian jerawatnya ditutupi dengan bunga sakura, misalnya.
(3) Suka atau sering mengikuti acara cosplay (costume playing), dan biasanya kostum yang dipakai adalah yang berkaitan dengan budaya Jepang, misalnya yang Cewe menggunakan yukata, kimono, gothic lolita, seifuku (seragam sekolah untuk Cewe), dan sebagainya; untuk yang Cowo biasanya cosplay menggunakan pakaian seperti yang dipakai oleh personil band-band Jepang. Umumnya rambut mereka pun ikut diwarnai; padahal banyak juga tokoh anime, manga, game, atau aktris/aktor Jepang yang berambut hitam, sama seperti warna rambut orang Indonesia pada umumnya dan tidak perlu diwarnai.
(4) Menyukai lagu-lagu bernuansa Jepang, diatas 90% bahkan cenderung tidak menyukai atau membenci lagu dari negeri sendiri; kecuali dari band negeri sendiri yang bernuansa J-pop atau J-rock seperti J-rocks. Lagu western pun kurang disukai. Playlist lagu mereka dipenuhi dengan lagu-lagu Jepang, kalau video dipenuhi oleh video klip lagu-lagu Jepang dan video live band/musisi Jepang favorit mereka.
(5) Terobsesi ingin belajar bahasa Jepang, berharap mereka bisa tinggal di Jepang dan lancar berbahasa Jepang dengan orang sana. Perlu diketahui bahwa belajar bahasa Jepang itu tidak semudah yang dibayangkan. Bahkan orang Jepang sendiri masih ada yang ambigu (karena ada beberapa kosakata Jepang yang sama pengucapannya tetapi beda huruf kanji dan maknanya), dan masih banyak orang Jepang yang kurang bisa membaca kanji. Apalagi weaboo/wapanese? Kadang bangga dengan Engrish (Englishnya orang Jepang).
(6) Untuk mereka yang membuat manga atau illust dengan nuansa anime, chara (tokohnya) dinamai dengan nama-nama Jepang. Latarnya pun dibuar se-Jepang mungkin, misalkan dengan bunga sakura, memakai kimono/yukata, atau rumahnya seperti rumah orang Jepang. Jarang sekali kita lihat chara yang anime-ish dengan menggunakan batik, memakai nama orang Indonesia, atau dengan latar yang menggambarkan kehidupan di Indonesia sebenarnya. Kalaupun membuat manga dan ingin dipublish, pengarangnya menggunakan pseudonym (nama samaran) dengan nama-nama yang bernuansa Jepang dan tidak menggunakan nama asli. Kalaupun menggunakan pseudonym bukan nama yang bernuansa Indonesia.
(7) Dalam berbicara atau chatting, termasuk wall to wall di facebook, cenderung menyelipkan bahasa-bahasa Jepang, seperti baka, arigatou, gomennasai, konnichiwa, sayonara, desu, dan sebagainya. Tidak semua orang mengerti bahasa-bahasa seperti itu, kecuali kalau dengan temannya yang sehobi atau satu minat.
(8) Weaboo atau wapanese seringkali diidentikkan dengan anime, manga, atau game; tetapi sebenarnya pernyataan itu kurang begitu benar, mengingat intensitas menonton anime, membaca manga, dan bermain game (game dari Jepang seperti Final Fantasy series atau Persona series) mereka lebih identik dengan budaya Jepang, baik budaya secara tradisional maupun kontemporernya. Mereka yang identik dengan anime, manga, atau game cenderung lebih tepat disebut otaku, hikkikomori (untuk yang jarang keluar rumah), bahkan nijikon (untuk yang terobsesi dengan Cewe/Cowo anime/manga/game). Sementara weaboo/wapanese umumnya lebih identik dengan J-music, dorama, tokusatsu, film action Jepang, dan budaya Jepang secara umum seperti bunkasai, bon odori, matsuri, dan sebagainya.
(9) Cenderung bangga dengan barang-barang asli dari Jepang. Kalaupun ada toko yang menjual barang-barang asli dari Jepang, mereka cenderung berbelanja di situ. Baik berupa makanan, figure, peralatan rumah, perabotan dapur, pakaian, dan sebagainya. Untuk beberapa benda yang khusus dijual di Jepang, seperti CD music, figure, book, hingga barang-barang limited edition pun mereka sampai membelinya dengan pre-order internet atau menitip kenalan yang pergi ke Jepang atau orang Jepang sendiri; tidak peduli semahal apapun harganya atau serumit apapun bahasa yang digunakan ‘bahasa planet’.
(10) Untuk makanan dan minuman, mereka cenderung membeli makanan/minuman khas Jepang, seperti sushi, donburi, ramen, ocha, takoyaki, okonomiyaki, dan sebagainya; termasuk makanan ringan seperti Pocky, senbei, atau minumannya Pocari Sweat.
(11) Wapanese atau weaboo biasanya merupakan anggota yang fanatik atau yang paling niat dalam grup-grup tertentu, grup yang berkaitan dengan japan lovers atau cosplay khususnya. Grup semacam ini memang belakangan menjamur, baik di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi, seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang minat dengan hal-hal yang berbau Jepang.
(12) Cowo weaboo/wapanese cenderung terobsesi menjadi bishonen, dimana rambut gondrong model harajuku dan full make-up khas personil Jepang.

INI DIA YANG TRU SETORI :v BAHKAN ANE MUNGKIN JUGAK
(13) Mereka berharap tinggal di sana karena mereka menganggap bahwa di Jepang itu serba ada dan serba enak, minimal melanjutkan sekolah di sana, dimana mereka yang pernah ke Jepang cenderung dikagumi oleh teman-teman satu minatnya. Padahal kalau kita sering menjelajah internet atau forum, atau sering membaca artikel tertentu tentang pengalaman hidup di Jepang, hidup di sana tidak seindah dan tidak semudah yang dibayangkan, gaji di sana boleh relatif lebih besar dan dianggap lebih ‘layak’ daripada di Indonesia, tetapi hal itu seimbang dengan biaya hidup mereka di sana yang relatif besar. Belum juga termasuk perilaku masyarakat Jepang yang katanya relatif sibuk dan unfriendl, terlepas dari obsesi-obsesi mereka yang gila tetapi unik dalam teknologi dan inovasinya.
(14) Berharap dapat berpasangan dengan Cowo/Cewe Jepang (atau yang penampilannya tipikal oriental, tidak harus terbatas Jepang saja tetapi Korea, China, dan Taiwan juga bisa) yang menurut mereka tampan, keren, dan stylish, kalaupun dari dalam negeri menginginkan sosok Cowo/Cewe yang penampilannya seperti itu atau sesama ‘Japan lover’.

Tadi kan weaboo saja , nah sekarang kita masuk ke Perbedaan Otaku dan Weaboo
1.
Otaku: berperilaku seperti orang biasa pada umumnya (tapi kadang-kadang masih kelihatan sih bahwa dia adalah otaku hahaha…) 
Weeaboo: bangga mempertontonkan dirinya sangat ‘jepang’ atau berperilaku seperti ‘living anime character’ dalam kesehariannya, baik di rumah atau pergaulan.

2.
Otaku: paham bahwa orang lain mungkin tidak mengerti hobi kegemarannya
Weeaboo: memandang rendah orang yang tidak mengerti hobi kegemarannya.

3.
Otaku: paham banyak dan selalu update tentang hobinya.
Weeaboo: lebih dianggap ‘annoying’ karena terkesan sok tau. Kecintaannya akan Jepang serngkali meremehkan yang non-Jepang. Misalnya: Barat/Indo/Kpop gak sebagus Jepang. Ber-api-api menyebut segala hal adalah plagiat jepang.

4.
Otaku: lebih senang membicarakan kegemarannya lebih senang pada teman yang memiliki minat yang sama.
Weeaboo: membicarakan hobi atau kegemarannya pada siapapun, dimanapun, dan kapanpun.

5.
Otaku: lebih merupakan ‘Hobby addicted’ bukan ‘japan addicted’.  Mereka dapat menyukai film, videogame, atau musik non-jepang, tidak menjadi masalah berasal dari jepang atau bukan.
Weeaboo: lebih merupakan ‘japan addicted’. Mereka berpendapat bahwa Anime dari jepang “is the best thing ever”, jauh di atas segala media visual lainnya, apalagi jika dibandingkan dengan animasi atau film kartun dari negara barat atau negara lainnya.

6.
Otaku: dalam kesehariannya, masih menggunakan bahasa normal, mereka tidak merasa wajib mesti bicara dengan bahasa otaku atau jejepangan
Weeaboo: selalu berbicara dengan bahasa otaku atau jejepangan di segala kesempatan, pada siapapun, dimanapun, dan kapanpun. Terkadang dia sendiri tidak mengerti makna istilah yang dibicarakannya hahaha…

Dalam setiap percakapannya, Weeaboo berusaha menyelipkan kata: "Kawaii, Sugoi, Kakkoi, Baka, Arigatou, Desu desu desu, dan lain-lain.  Mereka menyebut kucing, dengan sebutan “ neko ”, atau menyebut “ kuma ” untuk beruang, atau menyebut "Senpai" kepada semua kakak kelas atau seniornya tanpa kecuali, atau mengucapkan “ itadakimasu! ”sebelum makan, minta maaf dengan ucapan “Sumimasen” atau “Gomennasai”. Mereka tidak peduli orang mengerti atau tidak.

Contoh kata-kata Weeabo: " Aduuh, dia kawaii banget yaaa? " , " AAA gue baka! baka! baka! " , " Payah ah, wotagei aja gatau ". Kosa kata lainnya kira-kira : bishies anime is so sugoi desu, yaoi yaoi yaoi desu desu, saying japanese words so sugoi, dsb. Sama menjengkelkannya dengan trend bicara menggunakan kata “annyeong haseo, gamsahamnida, chingudeul, saranghae sarangburung saranglabalaba dan sarang-sarang lainnya. Hahaha… Hanya saja dalam hal ini topiknya jejepangan.

7.
Otaku: terbuka atas candaan dan kritikan orang. Otaku tidak tersinggung jika hobi kegemaranya atau karakter favoritnya dijadikan lelucon. Kadang malah mereka sendiri yang membuat leluconnya.
Weeaboo: sangat tersinggung jika ada lelucon dan kritik mengenai karakter favoritnya atau artis idolgrup-nya. Bahkan mereka merasa sangat terhina jika sebuah ‘idolgrup-nya’ disebut girlband, contoh: “beda tauk, idol itu gini gini gini...” padahal kalau dipikir-pikir, orang jepang mungkin nyebut smash sebagai idol group juga hahaha…

8.
Otaku: berpendapat jepang adalah ‘salah satu’ negara yang menghasilkan banyak produk menarik yang digemarinya.
Weeaboo: berpendapat Jepang adalah semacam “holy land” yang paling ‘Superultrafantasticmegawesome’ di planet ini. Weeaboo cenderung dianggap ‘annoying’ bagi banyak orang, karena kecintaan mereka akan jepang seringkali meremehkan budaya lain, misalnya : anti animasi amerika, anti Kpop, dll.

Bagi weeaboo, semua itu adalah plagiat, kecuali dari jepang. Kecuali dalam hal budaya indonesia biasanya mereka bungkam karena takut. Tetapi kadang untuk meraih dukungan, mereka akan mengatakan: “ aku cinta jepang tapi cinta indonesia juga kok “. Dalam hal kesukaan musik, mereka hanya suka musik jepang, Weeaboo cenderung tidak suka musik negeri lain, kecuali bernuansa J-pop atau J-rock seperti J-rocks.

Weeaboo yang memiliki barang asli jepang akan merasa seperti memiliki benda pusaka. Mereka cenderung bangga berbelanja di toko yang menjual barang-barang asli dari Jepang, baik berupa makanan, figure, peralatan rumah, perabotan dapur, pakaian, dan sebagainya. Mereka juga beranggapan  makanan jepang adalah sejenis makanan level dewa. Selain itu mereka pun sangat terobsesi makanan ala karakter anime seperti pocky, ramen, sushi, ramen, ocha, takoyaki, okonomiyaki, atau minumannya Pocari Sweat.

9.
Otaku: bisa saja orang jepang asli, atau dari negara lain.
Weeaboo: bukan orang jepang, tidak lahir di jepang, dan bukan warga negara jepang. Weeaboo yang PERNAH ke Jepang, PERNAH sekolah disitu, PERNAH tinggal disitu, PERNAH bekerja disitu, akan dikagumi sesama Weaaboo, dan dianggap  sebuah ‘pencapaian level dewa’

10.
Otaku bilang: I like One Piece. One Piece is my favorite anime. This anime is very good, interresting story, and the character are unique.
Weeaboo bilang: Sasuke is my hubby. Hatsune Miku is my waifu. Sugoi sugoi desu desu desu, yaoi is so sugoii, etc.

11.
Otaku: tidak tersinggung disebut otaku, kecuali bernada mengejek.
Weeaboo: Tersinggung jika disebut weeaboo. Mereka merasa dirinya adalah otaku. Padahal weeaboo sendiri dianggap menyebalkan oleh otaku.

12.
Otaku: menyukai username atau nickname bernuansa nama karakter favoritnya. Bisa saja bernuansa jepang atau bukan.
Weeaboo: menyukai username atau nickname bernuansa ‘jepang’. Mereka pandai meng-kawaii-nisasi profile dan nama aslinya supaya lebih ‘jepang’ . Kadang pada profilnya tertulis lives in tokyo, atau kalau perlu lengkap dengan kanji / hiragana / katakananya; pengubahan nama ini pun tidak hanya secara parsial namun secara keseluruhan. Bahkan dalam kesehariannya, mereka lebih senang dipanggil nama jepangnya daripada nama asli pemberian orangtuanya.








Oke segitu aja dulu
mungkin, ada yang keberatan dengan posting di atas :v tapi ambil sisi positifnya aja
kita harus lebih menghargai negara sendiri :3 saya suka jepang tapi saya mencintai indonesia


Note : tulisan ini bukan sepenuhnya ketikan saya original saya hanya ngesharing dan merangkumnya saja.
sumber : 

Last Episode

SLOT IKLAN 300x260

Anda Sedang Membaca Kenali apakah anda weaboo atau tidak, Anda Sedang Berada di Artikel Kenali apakah anda weaboo atau tidak, Artikel terkait dengan Kenali apakah anda weaboo atau tidak, Anda bisa Share Artikel Kenali apakah anda weaboo atau tidak Jika menarik.
0 Komentar untuk "Kenali apakah anda weaboo atau tidak"